Thursday, May 17, 2018

Macapat history or Tembang Mocopat

macapat history Tembang macapat is one of the most popular songs or songs in Java.
Tembang macapat is a traditional Javanese song or poem that tells the stages of human life. His philosophy describes a man from birth, began to study in his childhood, as an adult, until he died.
Tembang or tembung macapat itself has the title song little (small). Tembang macapat which means this song has different characteristics of each type. These features include Guru Gatra, Song Guru, and Guru Numbers (wilangan).
History of Macapat Tembang
Macapat is expected to appear at the end of Majapahit and the beginning of influence from Walisanga. This can be said for the situation in Central Java, because in East Java and Bali macapat already known before, even before the arrival of Islam.
For example, a text from Bali or eastern Java known as Kidung Ranggalawe mentioned has been written in 1334 AD. On the other hand this is doubtful because the work is only known for its more recent version and the essence of all the texts containing the text originating from Bali.
Regarding the age of macapat, there are two different opinions, especially those related to Kakawin or Old Javanese traditional poetry, whichever is older. Prijohoetomo argues that macapat is a derivative of Kakawin with Gedhe (large) as an intermediary.
This opinion is denied by Poerbatjaraka and Zoetmulder. According to both macapat this as a metrum of original Javanese poetry older than Kakawin. Therefore the new macapat emerged after the Indian influence faded.
Tembang macapat merupakan salah satu tembang atau lagu daerah yang paling populer di Jawa.
tembang mocopat  merupakan tembang atau puisi tradisional Jawa yang menceritakan tahap-tahap kehidupan manusia. Filosofinya menggambarkan tentang seorang manusia dari lahir, mulai belajar di masa kanak-kanak, saat dewasa, hingga akhirnya meninggal dunia.
Tembang atau tembung macapat sendiri mempunyai sebutan tembang cilik (kecil). Tembang macapat yang berarti lagu ini mempunyai karakteristik yang berbeda dari setiap jenisnya. Ciri-ciri tersebut diantaranya dari Guru Gatra, Guru Lagu, dan Guru Bilangan (wilangan).
Sejarah Tembang Macapat
Macapat diperkirakan muncul pada akhir masa Majapahit dan dimulainya pengaruh dari Walisanga. Bisa dikatakan ini untuk situasi di Jawa tengah, sebab di Jawa timur dan Bali macapat sudah dikenal sebelumnya, bahkan sebelum datangnya islam.
Sebagai contohnya yaitu sebuah teks dari Bali atau Jawa timur yang dikenal dengan judul Kidung Ranggalawe disebutkan telah selesai ditulis pada tahun 1334 Masehi. Di sisi lain tarikh ini disangsikan karena karya tersebut hanya dikenal versinya yang lebih mutakhir dan sari semua naskahnya yang memuat teks yang berasal dari Bali.
Mengenai usia macapat, terdapat dua pendapat yang berbeda terutama yang ada hubungannya dengan Kakawin atau puisi tradisional Jawa Kuna, mana yang lebih tua.  Prijohoetomo berpendapat bahwa macapat adalah turunan Kakawin dengan tembang Gedhe (besar) sebagai perantara.
Pendapat tersebut disangkal oleh Poerbatjaraka dan Zoetmulder. Menurut keduanya macapat ini sebagai metrum puisi asli Jawa yang lebih tua usianya daripada Kakawin. Karena itu macapat baru muncul setelah pengaruh India semakin memudar.
 

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.

Entri Populer